Alkisah, dua orang
sahabat yang baru saja selesai mengikuti sebuah pelatihan. Pelatihan itu
sangat-sangat memotivasi mereka untuk kembali kepada Alquran. Sangat menyentuh
hati mereka untuk segera menghapalkan alQuran, dan benar-benar membuat hati
mereka itu dahaga dengan Alquran. Hanya saja,
dua orang sahabat ini, tidak langsung mengutarakannya satu sama lain.
Salah seorang dari
mereka, panggil saja Saniya, berfikir dan menimbang, dia tidak mungkin bisa
menghapalkannya sendiri. Berdasarkan buku-buku yang ia baca tentang kiat
menghapalkan Al Quran, selain niat yang ikhlas serta Azzam yang kuat, dia butuh
guru yang mumpuni, serta sahabat yang bisa berbagi semangat dan saling muraja'ah. Namun baginya
sekarang, keduanya belum ditemukannya.
Sanniya, pada awalnya, bingung untuk bercerita dengan siapa masalah yang sedang
berkecamuk di hatinya ini. Ya, Saniya ingin menemukan secepatnya guru dan
sahabat itu.
Akhirnya, hal ini di
tanyakannya pada 2 orang senior yang cukup dekat dengannya dan dianggapnya
mengetahui hal ini melalui sms.
"
Asw, kak, kakak tau t4 tahfidz Akhwat yang bagus di padang ni kak?" smsnya
ke si Kakak.
"
Asw, Uni, kira-kira, t4 tahfidz di padang ni dimana ya un?" sms nya ke si
Uni.
Dari pertanyaan itu,
jawaban si Kakak dan si Uni berbeda. Si Kakak yang tampaknya lebih
berpengalaman tinggal di kota padang memberi jawaban nama tempat dan alamatnya. Karena mengetahui bahwa si Kakak
ini orang yang sibuk, jadi ia tidak mau
mengganggu lagi.
"
Syukron jzk kak :D" balasnya dengan tak lupa memberi emot.
Segera di ambilnya
laptop, dinyalakan dan dikonekkan ke internet. Mulailah jemarinya menggelitik
keyboard laptopnya. Tujuannya hanya satu, mencari contact person yang punya
tempat belajar AlQuran itu.
"R..Q..R..Q.."
gumamnya sembari membelalakan mata ke hasil pencarian Google .
Alhamdulillah, malam
itu, dia dapat cp nya. Dan tanpa
mengulur waktu, dia langsung mengsms sang pemilik RQ di seberang sana. Dan dari
Uni pemilik RQ itu, didapatlah no admin RQ yang kepada admin tersebut Saniya
disuruh berkomunikasi lebih lanjut. Sayangnya, setelah menghubungi admin,
ternyata tidak secepat itu ia langsung bisa mendaftar Tahfidz. Tidak semudah
itu. Tapi, Saniya yakin, perjalanan menuju sesuatu kebaikan tak selalu mulus,
bahkan memang sengaja dibuat Allah jalan itu berbatu dan berliku lagi terjal.
Allah ingin melihat mana yang bersungguh-sunggug (mujahid mujahidah) dan mana
yang tidak.
"Bismillah,
kuniatkan ini untuk mencari keridhaan Allah, serta untuk membahagiakan kedua
orangtua ku, karena ALLAH akan memberi Jubah Syurgawi bagi orang tua yang
anaknya Hafidz Quran" azzam Saniya.
Malam itu, tidurnya
tak begitu tenang, sampai akhirnya ia putuskan untuk mengadu dan meminta saja
pada Rabbnya, kemudahan untuk azzamnya tersebut. Sembari meminta sahabat yang
bisa menjadi pengingatnya dikala futur.
Kisah berlanjut
keesokan harinya, setelah penundaan pertemuan oleh admin RQ, saat itu memang
keadaan tidak mendukung dari segi waktu, Saniya diajak teman sewismanya,
Syifa, untuk pergi membeli tas sehabis
mereka menghadiri acara yang cukup besar di kampus utama. Ternyata, sewaktu
mereka akan pergi, datanglah salah seorang sahabat yang diceritakan di awal
tadi, kita panggil dia Salsabila ingin ikut dengan Saniya dan Syifa ke toko
yang menjual tas tersebut. Dan akhirnya, konfoi lah mereka naik motor ke toko
tersebut.
Sebenarnya itu toko
buku. Tapi, tidak ada larangan bagi sebuah toko buku untuk menjual tas bukan?.
Sembari Syifa sedang memilih-milih tas yang akan menjadi teman buku-bukunya.
Saniya tak sabar pula memilih-milih buku sampai akhirnya jatuhlah hatinya pada
satu buku berjudul "Menjiwai AlQuran". Jiwanya yang dahaga itu kian
meronta. Akhirnya diambilnya buku itu, dan dia pergi menghampiri teman-temannya
yang sedang asyik memilih tas.
"Jadi
yang mana bu…?" tanya Saniya. Syifa malah nyengir. Dia tampaknya masih
galau tas mana yang akan dipilih.
"San,
bagusnya yang ungu atau yang ijo ya?" tanyanya pada sahabatnya itu.
Saniya yang kurang
paham dan mengerti tentang matching dan segala yang berbau tentang
cocok-cocokan berkomentar.
"Aku
sukanya warna hijau Fa"
"Ndeeh,
ngejreng bana"
"Gimana
kalau yang bunga-bunga?" Celetuk Salsabila yang ikutan galau memilihkan
tas untuk Syifa.
"Oh
Nggak..nggak..nggak" Jawab Syifa dan Saniya kompak.
Akhirnya Syifa
kembali memilih dan mencoba-cobakan aneka tas itu. Sehingga ada lah percakapan
antara Saniya dan Salsabila.
"Buku
apa tu ukh?" tanya Salsabila melihat Saniya memegang buku kecil berwarna
abu-abu gelap.
"Menjiwai
Alquran judulnya ukhti, pengen banget jadi hafidzah…. Lagi nyari trik dan
motivasi sebanyak-banyaknya"jawab Saniya.
"Subhanallah,
ukhti", dengan wajah yang berbinar,
"Bila mau juga, kepengen banget,
kemarin itu waktu pelatihan, Bila bener-bener pengen jadi hafidzah
secepatnya".
Tidak disangka,
Saniya merinding mendengar perkataaan sahabatnya ini. Bukan kar ena
perkataannya,tapi karena ia merasa, ini mungkin jawaban dari doaNya kepada
ALLAH. Sebenarnya Saniya memiliki banyak sahabat seperjuangan yang mungkin bisa
jadi pilihan untuk diminta menjadi teman meghapal Alqurannya. Sebenarnya sudah
banyak yang ia perhatikan, siapa yang kira-kira mau diajak bersama. Tapi, Saniya cukup kecewa dengan kurangnya
tanggapan dari teman-temannya tersebut. Saniya maklum. Kuliah dijurusan Saniya
ini, cukup menyita waktu, kedokteran lah namanya. Apalagi mereka semua
rata-rata adalah aktivis. Jadwal mereka cukup padat. Kalau azzamnya untuk
menghapal Alquran belum kuat, akan sulit melakukannya. Saniya berfikir ini
bukan berarti Azzamnya sudah kuat atau bagaimana. Yang dia tahu, dia sangat
ingin. Tapi dia tidak suka kecewa jika dia yang meminta keseseorang untuk
bersama-sama menghapal alQuran. Dia
takut kecewa. Itu mungkin kelemahannya. Tapi dari situ ia berdoa agar Allah
berikan dia teman yang setidaknya keinginannya itu sama seperti dirinya.
"Bila...",sebenarnya
Saniya ingin menangis, tapi iya cukup gengsi untuk menangis sekarang.
bersambung....